Senin, 07 Januari 2008

PERILAKU INDIVIDU (Literatur Review tentang: Perilaku Pekerja Perusahaan Swasta di Kota Bandung)

1. Latar Belakang

Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam Perusahaan. Kinerja Perusahaan sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, manusialah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas manusia yang ada dalam Perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku manusia, dalam hal ini individu menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja orang-orang didalam Perusahaan tersebut, dimana pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan produktivitas Perusahaan yang bersangkutan.

Seorang individu ketika memasuki dan menjalankan perusahaan akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu, bisa saja ada individu yang terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena seseorang biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya.

Selanjutnya karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan Perusahaan seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian serta berbagai peraturan ekternal, seperti: peraturan pemerintah, asosiasi perusahaan dan lainnya. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam Perusahaan. Hal ini diperlukan dalam rangka pemahaman bagaimana orang-orang dalam Perusahaan itu bekerja serta kondisi-kondisi yang memungkinkan mereka dapat memberikan kontribusinya yang tinggi terhadap Perusahaan. Oleh karena itu penting bagi kita semua untuk mengenal dan mengetahui perilaku individu pada peruhaan yang kita miliki.


2. Tujuan

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan analisa tentang perilaku pekerja perusahaan swasta di kota Bandung secara konsepsual. Analisa didasarkan pada ketersediaan informasi yang tersedia pada berbagai literatur.


3. Beberapa Pengertian

Istilah perilaku sering juga disebut dengan tingkah laku. Perilaku diartikan sebagai aktivitas-aktivitas yang dilakukan seseorang baik sebagai tindakan, aksi terhadap rangsangan sesuatu. Rangsangan dapat berasal dari dalam diri seseorang (pengalaman masa lalu, pengaruh masa depan) maupun dari luar seseorang seperti rangsangan material, jabatan, kedudukan, hadiah dan lainnya. Antara rangsangan dengan tindakan merupakan hubungan sebab akibat (Sumantri, 1995). Akibatnya kita hanya bisa menyimpulkan apa yang ditampilkan seseorang baik berupa ucapan, tindak tanduk, aktivitas dan reaksi yang diambil seseorang merupakan ujud perilaku individu tersebut.

Perilaku kelompok merupakan interaksi antar perilaku individu pada suatu Perusahaan. Kumpulan perilaku ini membentuk suatu sistem yang ditaati dan dipatuhi oleh individu pada kelompok tersebut. Dalam teori Pengharapan, perilaku kerja dari seseorang merupakan fungsi dari tiga karakteristik:

(1) persepsi pegawai bahwa upayanya mengarah pada suatu kinerja

(2) persepsi pegawai bahwa kinerjanya dihargai (misalnya dengan gaji atau pujian)

(3) nilai yang diberikan pegawai terhadap imbalan yang diberikan.

Menurut Vroom’s expectancy theory, perilaku yang diharapkan dalam pekerjaan akan meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang positif antara usaha-usaha yang dilakukannya dengan kinerja (Simamora, 1999). Perilaku-perilaku tersebut selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif antara kinerja yang baik dengan imbalan yang mereka terima, terutama imbalan yang bernilai bagi dirinya. Guna mempertahankan individu senantiasa dalam rangkaian perilaku dan kinerja, Perusahaan harus melakukan evaluasi yang akurat, memberi imbalan dan umpan balik yang tepat. (Lihat Cokroaminoto, 2007)

Sedangkan pengertian karyawan adalah orang yang bekeja pada seseorang atau suatu Perusahaan, mendapat imbalan baik langsung ataupun tidak langsung, bekerja berdasarkan instruksi untuk kepentingan orang/Perusahaan yang memberi imbalan. Dalam kaitannya dengan perusahaan swasta adalah semua perusahaan bukan milik pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dikelola secara private untuk mendapatkan laba. Ada beberapa jenis industri swasta yang berada di Kota Bandung, baik perusahaan yang bergerak sebagai industri manufaktur ataupun jasa. Beberapa diantaranya adalah: perusahaan garment, textil, industri suku cadang kendaraan, makanan, minuman, kimia, jasa keuangan dan bank, jasa kontruksi, pendidikan, dan lainnya.


4. Teori tentang Perilaku:

Terdapat beberapa teori tentang sikap (Mann, 1969; Secord and Backman, 1964) antara lain adalah teori keseimbangan (balance theory) oleh Heyder; terori kesesuaian (congruity priciple) dari Tannenbaum; teori disonansi kognitif (cognitive dissonance) yang dikemukakan oleh Festinger maupun teori afektif-kognitif dari Rossenberg, serta beberapa teori lain.

Di samping teori-teori tersebut di atas, kemudian dikembangkanlah theory of reasoned action yang relatif baru yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (1980). Teori ini lebih menekankan pada proses kognitif serta menganggap bahwa manusia adalah makhluk dengan daya nalar dalam memutuskan perilaku apa yang akan diambilnya, yang secara sistematis memanfaatkan informasi yang tersedia di sekitarnya.

Lebih jauh bila diamati, manusia dalam hidupnya banyak dipengruhi oleh berbagai kekuatan. Kekuatan yang mempengaruhi manusia ini disebut sebagai medan psikologis, seperti terlihat pada gambar berikut:



Gambar 1 : Medan Psikologis Individu

Dalam kenyataannya dimanapun manusia itu berada ia akan hidup pada suatu lingkungan manusia, dimana lingkungan ini disebut lingkungan sosial. Lingkungan sosial sejak manusia lahir, masa kanak-kanan hingga dewasa bahkan sampai berakhir usia turut mempengaruhi perilaku seseorang. Disamping itu perilaku individu ini pun dapat direkasaya dengan memberikan beberapa stimulus tertentu, seperti: pemberian faktor-faktor motivasi yang mendorong manusia tersebut untuk mencapai dan mendapatkannya serta menempatkan agen perubahan dikelompok tersebut. Beberapa faktor motivasi sangat terkait dengan teory yang dinyatakan oleh Maslow, MC-Gregor, MC-Cleland dan lainnya. Dengan demikian medan psikologis yang mempengaruhi perilaku individu dapatlah kita gambarkan dalam bentuk sebagai berikut:





Gambar 2 : Rekayasa Medan Psikologis Individu

Sumber: Hasil modifikasi dari Sumantri, 1995.

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa tingkah laku individu timbul akibat adanya stimulus dari luar dan dari dalam diri seseorang. Akibatnya pada diri individu tersebut timbul minat, emosi, pikiran dan motif yang mewarnai tindakan seseorang. Semua itu merupakan kekuatan yang menggerakan manuasia untuk beraktivitas, termasuk menjalankan usahanya. (Sumantri, 1995; Herman, 1967). Ada beberapa sumber aktivitas manusia dalam kaitannya dengan perilaku individu:

  1. Aktivitas yang berhubungan dengan IQ, seperti aktivitas membuat konsep, menganalisis suatu masalah, memberi saran, …
  2. Aktivitas yang berhubungan dengan ESQ (mental), seperti aktivitas beribadah, kegiatan sosial, …. (biasanya kegiatan ini lebih banyak dijalankan oleh Pemuka Agama, Pemuka Adat).

Disamping itu ada aktivitas-aktivitas individu yang merupakan gabungan antara kedua aktivitas tersebut (biasanya aktivitas ini disamping berujud pada kegiatan amal, juga menghasilkan kegiatan yang bersifat IQ). Kriteria penggolongan suatu kegiatan didasarkan pada kecedrungan kegiatan tersebut, apakah lebih banyak menggunakan IQ atau ESQ (Emotional Spiritual Quotient).

Pada bagian diatas juga sudah dijelaskan, bahwa individu berinteraksi dengan lingkungannya. Atkinson dan Reitman (1958) memberikan formulasi perilaku individu yang termotivasi, dimana ia menyebutkan:

Perilaku (G) = ƒ M x V

Dimana: M = Motivasi;

V = Harapan untuk mendapatkan nilai tambah

Bila kita menggunakan formula di atas, maka dapat disimpulkan semakin tinggi motivasi seseorang (baik dari dalam maupun dari luar berupa faktor-faktor motivasi yang diberikan) dan semakin tinggi harapan seseorang untuk mendapatkan nilai tambah pada masa yang akan datang, maka semakin produktif tingkah laku individu tersebut, demikian juga sebaliknya. Selanjutnya formula tersebut dapat diturunkan dalam bentuk sebagai berikut:

G = ƒ (M, L, S) x V

Dimana: M = Motivasi; (faktor motivasi yang diberikan)

L = Masa lalu

S = Lingkungan sosial (social community)

V = Harapan untuk mendapatkan nilai tambah

G = Perilaku Individu

Turunan formula di atas terkait juga dengan gambar yang ditampilkan pada gambar Rekayasa Medan Psikologis Individu (Gambar 2). Ini artinya perilaku individu dapat direkayasa dengan menggunakan dan memberikan faktor motivasi, pengalaman, lingkungan sosial dan harapan akan memperoleh yang lebih baik dimasa yang akan datang.

5. Perilaku Individu Pekerja

Sudah tidak asing lagi masyarakat Bandung terkenal dengan keramahan tutur dan bahasanya. Iklim udara yang sejuk dan masyarakat yang agamis serta lingkungan sosial yang cukup akomodatif turut mempengaruhi setiap orang yang tinggal di Kota Bandung. Meskipun Kota Bandung merupakan salah satu Kota Besar, namun ciri khasnya sebagai kota yang tenang dan akomodatif pada setiap pendatang dan wisatawan tetap memperlihatkan keramahannya.

Fakta menunjukkan sebagai salah satu kota besar di Indonesia, tingkat kejahatan di Bandung terbilang rendah bila di bandingkan dengan kota besar lainnya di Indonesia. Padahal dari sisi geografis Kota Bandung termasuk kawasan pendukung Ibu Kota Jakarta. Lihatlah dari jumlah wisatawan yang datang, dimana rata-rata pengunjung pada akhir pekan ke Bandung berasal dari Jakarta ada 60.000 kendaraan yang melewati jalan tol ke Bandung. Peningkatan wisatawan lokal ini merupakan bukti aman dan nyamannya kota Bandung bagi pendatang.

Bila kita lihat perilaku pekerja yang ada, tidaklah jauh berbeda dengan perilaku penduduk lainnya di Kota Bandung. Dimana dari hasil pengamatan ciri khas pekerja di Bandung antara lain:

1. Sabar

2. Memiliki tempramen rendah/pengendalian emosi tinggi

3. Tidak mudah terprovokasi

4. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik

5. Memiliki penampilan yang bagus

6. Cendrung berfikir secara positif

7. Tenaga kerja skill cukup tersedia

8. Cendrung menghidari masalah dari pada mengatasinya

9. Kurang senang untuk berkompetisi antar pekerja

10. Agak lambat dalam menyelesaikan pekerjaannya

11. Agak lambat dalam mengambil keputusan

12. Cendrung konsumtif

Dari 11 ciri khas perilaku pekerja industri swasta di Kota Bandung, 5 diataranya (perilaku no. 8 s.d 12) merupakan kelemahan yang perlu diwaspadai oleh para manajer perusahaan dalam mengendalikan perilaku tenaga kerjanya. Untuk merubah perilaku individu tenaga kerja agar sesuai dengan tujuan perusahaan diperlukan beberapa treatment dengan berbagai metoda.


6. Teknik Mengubah Perilaku Individu

Ada anggapan umum bahwa merubah perilaku individu tidaklah mungkin berhasil dilakukan, tetapi saat ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terutama ilmu psikologi, hal ini menjadi mungkin dilakukan. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk merubah perilaku individu adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan metoda belajar

Para ahli Psikologi menaruh perhatian yang besar terhadap proses belajar, sebab terdapat kecenderungan baru dalam pembentukan watak melalui proses belajar sebagai pelengkap bagi perumusan teori – teori belajar. Dalam rangka kegiatan inilah para ahli menekankan betapa eratnya hubungan antara kegiatan belajar dengan motivasi. Suatu studi laboratorium yang bersifat eksperimen meyakinkan para ahli psikologi bahwa beberapa tingkat motivasi dapat ditumbuhkan melalui proses belajar serta kenyataan bahwa tidak setiap individu dapat memperoleh motivasi berdasarkan rangsangan yang sama. Dari hasil studi ini timbul pengakuan akan adanya motivasi individu serta perbedaan – perbedaan pengalaman berdasarkan hasil belajar. Dengan demikian setiap individu memiliki kepribadian masing – masing yang akan mempengaruhi juga perilaku mereka dalam menanggapi sesuatu.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, Melvin DeFleur (dalam Depari dan Andrew, 1978:4-5) mengemukakan bahwa

“perbedaan individu terjadi disebabkan perbedaan lingkungan yang menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Dari lingkungannya akan berbentuk sikap, nilai – nilai, serta kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka. Setiap orang dengan sendirinya memiliki persepsi yang berbeda sehubungan dengan kepribadiannya”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya; kepentingannya, kepercayaan maupun nilai – nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka terhadap komunikasi juga berbeda. Oleh karena itu teknik ini menekankandengan memberikan pelajaran pada seseorang akan dapat merubah perilaku orang tersebut.

2. Membentuk Agen Perubahan

Metode lain yang dapat ditempuh dalam merubah perilaku individu adalah membentuk agen-agen perubahan pada pusat-pusat komunikasi individu. Agen perubahan merupakan orang-orang yang bakal melakukan tindakan sosial (tindakan mereka nantinya akan diikuti oleh individu lainnya). Pusat-pusat komunikasi individu adalah orang-orang yang dianggap dapat dipercaya oleh individu dalam memberikan informasi dan menyampaikan informasi pada masing-masing individu. Teori Perubahan Sosial Sosial

Tindakan sosial didefinisikan oleh Zaltman dan kawan - kawan (1972:174) sebagai:

tindakan kolektif yang dilakukan untuk mengurangi atau memecahkan kembali suatu masalah sosial. Tujuan dari tindakan sosial adalah suatu usaha dari para agen perubahan sosial untuk menyediakan beberapa jawaban atas masalah sosial untuk mengubah kepercayaan dari masyarakat.

Suatu paradigma tentang elemen – elemen tindakan sosial yang disebut oleh Zaltman dan kawan – kawan sebagai Social Action yang meliputi suatu rangkaian yang luas daripada fenomena – fenomena tindakan sosial.

3. Menyediakan Faktor-faktor Stimulus

Faktor stimulus merupakan faktor-faktor yang dapat memberikan rangsangan pada setiap individu pekerja untuk berperilaku sesuai yang diharapkan oleh pemberi stimulus. Faktor stimulus tersebut dalam istilah lainnya disebut juga penyediaaan faktor-faktor yang dapat memotivasi para pekerja untuk berperilaku sesuai yang diharapkan oleh Perusahaan. Dalam kondisi sehari-hari faktor stimulus untuk memotivasi pegawai dapat diberikan dalam bentuk pemberian insentif bagi pegawai yang berprestasi, seperti: pemberian bonus, tunjangan kesehatan dan tunjangan lainnya yang biasanya dikaitkan dengan laba yang diperoleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu.

Dalam kaitan dengan teknik membangkitkan motivasi individu agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, seorang manajer/pimpinan dapatlah menggunakan berbagai teori motivasi seperti: Teori motivasi dari Maslow, Teori Motivasi dari MC-Cleland ataupun Teori Motivasi dari Max Gregor.

7. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bagian di atas tentang perilaku individu pekerja di Kota Bandung, dapatlah ditarik suatu kesimpulan sbb:

  1. Perilaku seseorang dapat dilihat dari apa yang ditampilkan seseorang baik berupa ucapan, tindak tanduk, aktivitas dan reaksi yang diambilnya.
  2. Perilaku individu dapat direkayasa dengan: memberikan stimulus pada individu, seperti pemberian faktor motivasi; memberikan program pembelajaran dan menempatkan agent perubahan pada simpul komunikasi.
  3. Untuk merekayasa perilaku pekerja hal-hal yang krusial untuk diperhatika adalah: pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan, nilai tambah yang diharapkannya, lingkungan sosial dimana yang bersangkutan berinteraksi dan faktor motivasi yang diberikan.
  4. Dalam kaitannya dengan perilaku individu, ada beberapa sumber aktivitas yaitu: yang cendrung lebih besar berhubungan dengan IQ dan cendrung lebih besar berhubungan dengan ESQ.

8. Temuan

Ada dua temuan dalam tulisan ini antara lain:

  1. Medan Psikologis individu yang semula hanya ditentukan oleh masa lalu, masa sekarang dan masa depan dikembangkan menjadi konsep Rekayasa Medan Psikologis Individu. Konsep ini ditambahkan dengan memasukkan konsep Lingkungan sosial dan Faktor Motivasi, seperti terlihat pada gambar berikut:




Gambar 3 : Rekayasa Medan Psikologis Individu

Sumber: Hasil modifikasi dari Sumantri, 1995.

  1. Atas dasar konsep point 1 tersebut, maka formula perilaku individu ditentukan oleh fungsi sbb:

G = ƒ (M, L, S) x V

Dimana: M = Motivasi; (faktor motivasi yang diberikan)

L = Masa lalu

S = Lingkungan sosial (social community)

V = Harapan untuk mendapatkan nilai tambah

G = Perilaku Individu

9. Rekomendasi

Atas dasar uraian dan kesimpulan tersebut di atas, maka rekomendasi yang terkait dengan perilaku individu pekerja di Kota Bandung adalah:

  1. Ada 12 item perilaku individu, 5 diantaranya negatif (perilaku 5 s.d 12), yang perlu diwaspadai adalah perilaku negatif. Perilaku ini agar tidak berdampak negatif perlu direkayasa sedemikian rupa melalui: pendidikan (pembelajaran), memberikan agent perubahan pada kelompok tersebut dan menyediakan faktor-faktor insentif untuk mendorong timbulnya motivasi individu sehingga berubah sesuai keinginan Perusahaan.
  2. Kedepan tulisan ini perlu dilanjutkan dengan data lapangan, sehingga konsep yang diajuakan dapat didukung oleh data emperik perilaku tenaga kerja Kota Bandung.

11. Daftar Pustaka

http://cokroaminoto.wordpress.com/2007/06/06/manusia-dalam-pekerjaan-sebuah-tinjuan-perilaku-Perusahaan/ didownload 28 Nop 2007

Mann, L. 1969. Social Psychology, Sydney: John Wiley & Sons Australia PTY, Ltd.

Secord, P.F. & Backman, C.W., 1964. Social Psychology. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

Sumantri, Suryana. 1995. Psikologi Perusahaan. Fakultas Spsikologi UNPAD. Bandung.

Ajzen, I., & Fishbein, M., 1980, Understanding Attitude and Predicting Social Behavior, Englewood Cliff, New York: Prectice Hall.

Y. Bagus Wismanto, PENGARUH SIKAP TERHADAP PERILAKU

KAJIAN META ANALISIS KORELASI . didownload 28 Nop 2007

Cokroaminto. 2007. http://cokroaminoto.wordpress.com/2007/06/06/manusia-

dalam-pekerjaan-sebuah-tinjuan-perilaku-Perusahaan/)